0

Materi Konflik dan Integrasi

Posted by Agustina Ismiyati on 18.56
KONFLIK SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL

Dalam Bahasa latin : Configere artinya saling memukul.

Pengertian Konflik menurut Ahli :
  • Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan.
  • Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan perilaku.

Faktor-faktor Penyebab Konflik
Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu :
  • perbedaan antarindividu,
  • perbedaan kebudayaan ,
  • perbedaan kepentingan dan
  • perubahan sosial.

Perbedaan antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.

Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.

Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.

Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.



Bentuk-bentuk Konflik

Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
  1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
  2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.

Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya lagi kedalam dua bentuk konflik berbeda, yaitu :
  • Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri
  • Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain.

Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
  • Konflik atau pertentangan pribadi
  • Konflik atau pertentangan rasial
  • Konflik atau pertentangan antar kelas-kelas sosial
  • Konflik atau pertentangan politik
  • Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional

Berdasarkan Sifatnya :
  • Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang , rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak atau menghancurkan sebuah hubungan.
  • Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju sebuah perbaikan.

Berdasrkan posisi pelaku yang berkonflik
  • Konflik vertikal, konflik antar komponen masyarakat didalam suatu struktur yang bersifat hirarkis
  • Konflik horisontal,konflik antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relatif sama.
  • Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan aloksi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan ekstrim, contoh konflik poso


Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
  • Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui semua pihak, contoh konflik antara Israel dengan Palestina
  • Konflik tertutup, konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik

Berdasarkan konsentrasi aktivitas Manusia di dalam masyarakat:
  • Konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibedakan menjadi dua,yaitu :
1.      Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.
2.      Konflik sosial horisontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku atau agama




  • Konflik Politik, yaitu konflik yang terjadi akibat terjadi karena perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan
  • Konflik Ekonomi, konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
  • Konflik Budaya, konflik akibat adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
  • Konflik Ideologi, konflik akibat perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekolompok orang , contoh konflik saat G30-S/PKI

Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan konflik sebagai berikut :
  • Konflik dengan orangtua
  • Konflik dengan anak-anak sendiri
  • Konflik dengan keluarga
  • Konflik dengan orang lain
  • Konflik dengan suami atau istri
  • Konflik disekolah
  • Konflik dalam pemilihan pekerjaan
  • Konflik agama
  • Konflik pribadi


Dampak Sebuah Konflik

Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan dari segi negatif.
Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
  1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas di telaah.
  2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
  3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
  5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
  6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
  7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.

Segi negatif dari konflik :
  1. Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
  2. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
  3. Berubahnya kepribadian para individu.
  4. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.


Konflik Dan Kekerasan

  • Dalam KBBI kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabakan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.



  • Secara sosiologis kekerasan umumnya teradi saat individu atau kelompok yang berinteraksi mengabaikan norma-norma dan nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.Akibatnya terjadilah konflik yang bermuara  kekerasan.

Teori – teori tentang Kekerasan :

Menurut Thomas santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu :
  1. Teori Kekerasan sebagai tindakan aktor(individu) atau kelompok
    • Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau fisiologis

  1. Teori Kekerasan Struktural
·        Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem sosial. Para ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.

  1. Teori Kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural
·        Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan yang diidentifikasikan, yaitu :
a.       kekerasan terbuka (yang dapat dilihat)
b.      kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
c.       kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
d.      kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri)

Salah satu bentuk kekerasan kolektif yang akhir-akhir initerjadi adalah : terorisme.



Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan

Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu konsoliasi, mediasi dan arbitasi.

Konsoliasi
Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak yang bertikai.

Mediasi
Dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.

Arbitasi
Dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.

Ajudication
Cara penyelesaian konflik melalui pengadilan






INTEGRASI SOSIAL

Pengertian Integrasi Sosial
·        Dalam KBBI integrasi diartikan pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat

·        Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya.

Pengertian integrasi sosial menurut ahli :
  • Menurut Baton : integrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan pada ras tersebut

Syarat terjadinya Integrasi
Menurut  William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff, syarat  terjadinya integrasi sosial adalah :
  • Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka
  • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma
  • Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten

Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi
  • Homogenitas kelompok, pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai , demikian sebaliknya.
  • Besar kecilnya kelompok, jumlah anggota kelompok mempengaruhi cepat lambatnya integrasi karena membutuhkan penyesuaian diantara anggota.
  • Mobilitas geografis, semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi maka semakin mempengaruhi proses integrasi
  • Efektifitas komunikasi, semakin efektif komunikasi, maka semakin cepat integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai.


Bentuk-bentuk integrasi sosial
  • Integrasi Normatif : integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku dimasyarakat,  contoh masyarakat Indonesia dipersatukan oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika
  • Integrasi Fungsional, integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyrakat. Contoh Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing-masing, suku bugis melaut, jawa pertanian, Minang pandai berdagang.
  • Integrasi Koersif, integrasi yang terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa.. Dalam hal ini penguasa menggunakan cara koersif.

Proses Integrasi

  • Asimilasi : berhadapannya dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli.

  • Akulturasi : proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru), sehingga kebudayaan asing (baru) diserap/diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri, tanpa meninggalkan sifat aslinya.

Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial
  • Adanya tolerasnsi terhadap kebudayaan yang berbeda
  • Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi
  • Mengembangkan sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya
  • Adanya sikap yang terbuka dengan golongan yang berkuasa
  • Adanya persamaan dalam unsur unsur kebudayaan.
  • Adanya perkawinan campur (amalgamasi)
  • Adanya musuh bersama dari luar.

0

Kelas XI semester 2 KONFLIK DAN INTERGASI

Posted by Agustina Ismiyati on 18.47

Standar KompetensiKompetensi11
1. Menganalisis bentuk-bentik konflik 
    1. Mendeskripsikan konflik in group dan konflik out group beserta contohnya
    2. Menganalisis perbedaan bentuk-bentuk konflik
    3. Menganalisis dampak dari konf




Standar KompetensiKompetensi Dasar
  1. menjelaskan tentang integrasi sosial
    1. Menjelaskan tentang pengertian  integrasi sosial
    2. Menganalisis syarat terjadinya integrasi
    3. Menjelaskan faktor-faktor pendorong integrasi sosial


Kelas XII, Semester 1

0

Pertautan Agama dan Budaya?

Posted by Agustina Ismiyati on 05.47
Pihak pengelola yang budiman, konsep keagamaan dewasa ini banyak dikaitkan dengan konsep budaya yang berkembang pada masyarakat tempat agama itu tumbuh dan berkembang. Islam misalnya, ia tumbuh dan berkembang di semenanjung Arab dan dalam tubuh Islam kita dapat saksikan kekentalan budaya dan tradisi Arab. Atau pada budaya India yang banyak mempengaruhi agama-agama seperti Hindu dan Budha. Pengaruh budaya pada agama atau agama pada budaya merupakan sebuah permasalahan yang cukup aktual dalam pembahasan dan riset keagamaan belakangan ini.  Permasalahan inti sebenarnya berkisar pengaruh-mempengaruhi terjadi antara agama dan budaya yang seringkali disebutkan secara berdampingan yang terkadang dimaksudkan untuk menegaskan sisi-sisi budaya yang terdapat pada agama dan agama pada budaya. Kini pertanyaan yang ingin diutarakan di sini adalah definisi apa agama dan budaya itu lalu bagaimana hubungan yang terdapat di antara keduanya? Dapatkah kita katakan bahwa agama itu adalah budaya itu sendiri atau sebaliknya? Seberapa tinggi budaya Arab melakukan penetrasi dalam Islam? Terima kasih 

Terima kasih telah menyuguhkan pertanyaan kepada pengelola site dan blog ini. Sebelum menjawab secara langsung pertanyaan Anda, terlebih dahulu ada baiknya kita mengulas secara global dari apa yang dimaksud dengan agama dan budaya. Sehingga pertautan antara agama dan budaya yang menjadi judul postingan ini dapat dibuktikan benar tidaknya. Di sini secara instanta (misdakan) budaya Arab, Hindu tidak akan menjadi fokus pembahasan. Yang menjadi fokus pembahasan di sini adalah berkisar pada pertanyaan pertama dan kedua Anda. Dimana mengenal dengan baik definisi dari keduanya, boleh jadi permasalahan inti dapat diselesaikan.

Para sosiolog dan pemikir agama telah membeberkan beberapa definisi yang beragam ihwal budaya dan agama. Di sini kita tidak akan menyebutkan seluruh definisi tersebut karena ruang dan waktu yang terbatas akan hal tersebut, di samping itu membahasnya secara menyeluruh akan menyebabkan kejenuhan karena hal ini sangat bersifat semantik dan linguistik.



Definisi Agama

Para pemikir dan cendekiawan agama, khususnya para pemikir Muslim telah berupaya menyuguhkan sebuah definisi tentang agama secara sempurna. Demikian juga para sosiolog telah mengadakan kajian dan riset rigoris ihwal substansi agama dan posisinya di antara pranata-pranata masyarakat lainnya; Apakah agama merupakan sebuah pranata sosial atau sebuah substansi lain di luar pranata sosial?

Memasuki pembahasan ini tidaklah begitu penting saat ini bagi kita. Yang penting di sini adalah menjelaskan definisi agama yang benar dan piranti-piranti utama yang membentuknya sehingga dengan ada dan tiadanya piranti-piranti tersebut kita dapat menghukumi mana agama yang benar dan mana agama yang batil.

Dengan demikian, definisi yang menyeluruh (jâmi’) dan meliputi (syâmil) semua agama samawi yang benar meskipun masa berlakunya telah habis dan mengalami distorsi adalah sebagai berikut:

Agama merupakan serangkaian keyakinan hati dan perilaku yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan tersebut. Keyakinan hati meliputi keyakinan terhadap Keesaan Allah, Kenabian dan Ma’ad (eskatologi). Keyakinan hati terhadap hal-hal ini biasa juga disebut sebagai ushuluddin (pokok-pokok agama). Dan perilaku yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan tersebut adalah seluruh jenis perilaku dan aktifitas yang dilaksanakan sesuai dengan perintah dan larangan Allah yang mengindikasikan rasa penghambaan kepada-Nya. Bagian ini disebut sebagai furu’uddin (cabang-cabang agama).

Atas dasar ini, definisi Islam sebagai salah satu agama samawi dan satu-satunya agama yang benar, setelah berlalunya masa agama-agama sebelumnya, adalah sekumpulan keyakinan hati, yang sejalan dan selaras dengan fitrah manusia dan dapat dibuktikan dan ditetapkan dengan argumentasi-argumentasi rasional (aqli) dan referensial (naqli), serta kewajiban-kewajiban agama yang disyariatkan oleh Allah Swt kepada Rasul-Nya Saw dalam rangka merealisasikan kebahagiaan dan mewujudkan kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat. Kewajiban-kewajiban tersebut mencakup semua hal yang memiliki peran dalam mewujudkan kebahagiaan dan kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat.

Definisi agama ini, khususnya definisi agama Islam tersebut merupakan sebuah definisi yang telah diterima dan disepakati oleh kaum Muslimin sedunia.



Definisi Budaya

Para sosiolog telah menyebutkan sebanyak lima ratus definisi untuk kosa kata budaya. Tentu kita tidak akan menyebutkan seluruh definisi yang diberikan oleh para sosisolog di atas sembari mengevaluasi titik lemah dan titik kuat yang dimiliki oleh setiap definisi tersebut serta menelusuri pertautan budaya dengan agama. Di sini kita hanya akan menyebutkan tiga definisi saja yang kurang lebih mewakili mayoritas definisi-definisi tersebut dan kemudian meneliti korelasinya dengan agama.

Pada sebagian definisi disebutkan bahwa budaya mencakup akidah, norma (value), etika dan perilaku yang dipengaruhi oleh tiga hal tersebut serta adat-istiadat yang dimiliki oleh sebuah masyarakat.

Definisi kedua dinyatakan bahwa adat istiadat (sebuah masyarakat) adalah pondasi asli sebuah budaya, dan perilaku-perilaku (yang dipraktikkan) tanpa memperhatikan akidah  yang membangunnya. Sementara definisi ketiga berasumsi bahwa budaya adalah sebuah faktor yang dapat memberikan arti dan menentukan arah kehidupan seseorang.



Pertautan Agama dan Budaya

Setelah kita mengulas secara global ketiga definisi di atas, pertautan antara agama dan budaya dapat diilustrasikan sebagaimana di bawah ini:

Jika kita membandingkan agama yang dibentuk oleh piranti keyakinan hati dan perilaku yang sesuai dengan keyakinan tersebut dengan definisi budaya di atas, maka agama merupakan bagian dari budaya. Karena budaya dalam definisi pertama di atas meliputi keyakinan hati (akidah), perilaku, etika dan adat-istiadat, baik yang bersumber dari agama atau tidak. Dengan demikian, agama adalah bagian dari budaya.

Namun, jika kita membandingkan agama dengan definisi kedua budaya di atas yang beranggapan perilaku dan adat-istiadat lahiriah (yang dijalankan oleh sebuah masyarakat) sebagai budaya, pertautan antara agama dan budaya tidak jauh berbeda dengan pertautan antara dua pranata (sebuah masyarakat) yang hanya bertemu pada beberapa titik konvergensi yang dimiliki oleh mereka. Dengan demikian, tidak dapat dikatakan bahwa agama, secara utuh, merupakan bagian dari budaya atau sebaliknya.

Boleh jadi definisi (ketiga) budaya yang berasumsi bahwa budaya adalah sebuah faktor yang mampu memberi arti dan menentukan arah kehidupan manusia, adalah definisi yang paling logis. Akan tetapi, sebelum kita membahas lebih jauh, harus kita jelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “memberi arti kehidupan manusia.”

Jika kita bandingkan perilaku manusia dan perilaku binatang, akan kita dapati bahwa kedua perilaku tersebut secara substansial adalah satu meskipun secara lahiriah berbeda. Contohnya, seorang manusia dan seekor binatang ketika mereka merasa lapar akan mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Akan tetapi, meskipun rasa kenyang yang dirasakan oleh manusia dan binatang tersebut adalah sama, akan tetapi perilaku manusia (dalam rangka mengenyangkan dirinya) tersebut bisa bermuatan nilai positif dan negatif. Jika ia dalam usaha mengenyangkan dirinya itu mengambil makanan milik orang lain, maka perilakunya tersebut adalah sebuah tindak pencurian dan melanggar hak-hak orang lain yang hal itu bermuatan nilai negatif.

Begitu juga dalam sebuah masyarakat beragama terdapat sebagian perilaku sarat muatan nilai negatif atau positif. Seperti menggunjing orang lain, meninggalkan shalat, dan membatalkan puasa (dengan sengaja) memiliki nilai negatif, menjaga rahasia orang lain dan melaksanakan kewajiban puasa bermuatan nilai positif dalam perspektif Islam.

Poin penting yang perlu dibahas di sini adalah mengapa manusia yang hidup dalam sebuah masyarakat bergama, di samping perilaku baik dan buruk yang diyakininya, juga meyakini bahwa sebuah perilaku itu bermuatan nilai positif atau memiliki nilai negatif? Dengan kata lain, dari manakah baik dan buruk itu muncul?

Salah satu pembahasan filsafat (etika) penting dan hangat yang sekarang sedang digemari dunia adalah apakah norma-norma (yang berlaku di sebuah masyarakat) adalah sebuah kesepakatan yang disetujui oleh para anggotanya atau norma-norma tersebut muncul dari sebuah realita nyata yang disingkap oleh akal sehat dan wahyu lalu dipersembahkan kepada manusia?

Tidak diragukan lagi bahwa dua cara pandang di atas akan membentuk dua jenis budaya yang berbeda. Pertama, satu budaya yang  menegaskan bahwa segala norma mengikuti kesepakatan masyarakat, dan konsekuensinya adalah ia akan beranggapan bahwa etika adalah satu hal yang relatif dan selalu berubah sesuai dengan keinginan manusia. Kedua, sebuah budaya yang berpendapat bahwa norma itu bersumber dari sebuah realitas yang terlepas dari kehendak manusia. Realitas itu mengisi seluruh jagad raya ini dan eksistensinya dapat diketahui melalui panduan akal dan wahyu. Realitas ini tidak mengalami perubahan dan perombakan seiring dengan berubahnya keinginan dan kehendak manusia.

Atas dasar ini, keberartian kehidupan manusia bergantung kepada pandangan dunia dan cara manusia menilai dirinya sendiri. Pandangan dunia ini, dengan sendirinya, akan membentuk sebuah sistem akidah (dalam dirinya), dan pada akhirnya sistem akidah yang dimilikinya akan membentuk mementuk serangkaian norma (dalam kesehariannya).

Dari satu sisi, karena semua perilaku manusia yang bersifat bebas tergantung kepada kehendaknya, dan kehendaknya terbentuk oleh cara berpikir dan sistem norma yang diyakininya, mau tidak mau semua perilakunya akan  mengikuti sistem norma tersebut.

Pendekanya, keberartian kehidupan manusia bergantung kepada perilaku dan amalan yang dipengaruhi oleh sistem norma dan akidah yang diyakini oleh sebuah masyarakat. Dalam perspektif Islam, pandangan dunia yang dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan secara argumentatif  dan logis hanyalah pandangan dunia Islam. Dimana hal ini telah kami singgung dalam artikel “Ragam Pandangan Dunia” yang menegaskan klaim ini. Sebagai konsekuensinya, hanya sistem akidah dan norma Islamlah yang dapat dibenarkan. Dengan demikian, kita sebagai Muslim berasumsi bahwa faktor pemberi makna dan penentu arah kehidupan manusia adalah agama. Oleh karena itu, definisi ketiga budaya di atas sesuai dengan dan sejalan dengan agama, kecuali jika meyakini bahwa organ-organ pembentuk budaya tersebut lebih sedikit dari organ-organ pembentuk agama. Misalnya, kita meyakini bahwa organ pembentuk budaya hanya sistem norma dan perilaku yang ada di sebuah masyarakat. Dalam hal ini budaya adalah bagian dari agama.

2

NILAI NILAI KEISLAMAN PADA TRADISI SUROAN DI MANGKANG DESA PANGGUNG KECAMATAN TUGU KABUPATEN SEMARANG

Posted by Agustina Ismiyati on 01.34

        Pelaksanaan Tradisi Suroan di Mangkang Desa Panggung Kecamatan Tugu Kabupaten Semarang.
Di daerah mangkang tepatnya di Desa Panggung terdapat sebuah tradisi yakni Suroan yang berupa upacara ritual yang diselenggarakan pada setiap tanggal 1 bulan Suro yang bertepatan dengan 1 bulan Muharram. Tradisi ini dilangsungkan dengan maksud agar warga desa Panggung senantiasa selamat (slamet), terhindar dari bencana dan marabahaya, dekat dengan rejeki, dan dapat hidup selaras dengan alam. Adapun pelaksanaan tradisi Suroan ini adalah sebagai berikut : Upacara Suroan dimulai saat matahari mulai tenggelam, pada zaman dulu ketika peraturan tradisi masih ketat, bagi gadis (perawan) dilarang untuk keluar rumah pada malam 1 Suro, untuk alasannya karena dianggap berbahaya dan “ora ilok”.
Hal utama yang dilakukan warga adalah menyiapkan tampah yang berisi syarat syarat lengkap (sesaji) yang nantinya akan dihanyutkan di laut. Tampah yang disediakan ada 2, yang 1 untuk dihanyutkan ke laut yang 1 lagi untuk diletakkan di semak-semak dekat dengan laut. Setelah warga berkumpul dan tampah siap, tampah tersebut terlebih dahulu didoakan dan mendapat perlakuan khusus dari orang-orang tertentu (orang penting) di desa seperti kyai/orang pintar, kepala desa, dll.
Setelah tampah yang berisi sesaji telah selesai didoakan, tampah tersebut siap untuk dihanyutkan ke laut. Pengiriman sesaji kelaut dilakukan oleh orang-orang penting (kyai,kepala desa,dll) diikuti dengan arak-arakan warga. Arak-arakkan warga untuk mengantar sesaji berhenti pada batas tertentu (palang pembatas untuk masuk ke laut). Karena prosesi penghanyutan sesaji ini sangatlah sakral dan keramat. Maka pelaksanaannya pun tidak boleh sembarangan, hanya orang-orang penting saja seperti: kyai,kepala desa, dan warga-warga tertentu yang dianggapsebagai salah satun orang yang berhak masuk melewati palang pembatas dan menghanyutkannya sampai ke laut. Satelah 1 tampah dihanyutkan ke laut yang satunya lagi di tempatkan di semak-semak sudut laut. Setalah selesai mereka kembali ke kampung untuk melaksanakan syukuran bersama warga dalam rangka hari suro, di dalam syukuran tersebut berbagai makananpun di masakn oleh warga. Tidak hanya itu setiap warga membawa jajan atau makanan yang akan di makan bersama-sama oleh warga, sebelum prosesi makan-makan acara tersebut di pimpin oleh seorang kyai dengan membaca doa, dan prosesi tersebut meliputi: Pembukaan, Mengheningkan cipta, Munjuk atur, Tabur bunga, Pembacaan doa. Nedo dan Penutup. Setelah prosesi syukuran bersama warga dilakukan biasana warga tidak tidur sampai menjelang pagi atau biasa yang disebut dengan “lek-lekan”. Setelah itu pada malam suro di desa panggung tersebut beberapa orang memiliki sebuah Keris yang menjadi suatu warisan turun-temurun, biasana orang-orang tersebut pada tengah malam mencuci keris tersebut sebagai salah satu pembersihan diri. Pencucian keris tersebut pun prosesnya tidaklah sembarangan salah satu alat yang biasana digunakan untuk mencuci adalah air laut yang dibawa bersamaan dengan prosesi sedekah laut, dan prosesi tersebut hanya dilakukan di tempat tertentu yang tidak diketahui orang lain. 
Berdasarkan hasil yang sudah di paparkan diatas maka tradisi suronan yang ada di Mangkang desa Panggung Kecamatan Tugu Kota Semarang bahwa  adanya ritual - ritual tertentu yang di lakukan oleh masyarakat daerah panggung yang meyakini bahwa dengan adanya ritual tersebut maka akan membawa keberkahan tersendiri bagi warga sekitar, serta keselamatan dalam menjalani hidup yang akan datang. Sebagian masyarakat masih menjadikan hal tersebut sebagai salah satu trdisi yang masih dijalankan setiap tahunnya.
Nilai-nilai keislaman dalam suronan di Mangkang desa Panggung Kecamatan Tugu Kabupaten Semarang pada selamatan suronan do’a yang dipanjatkan tersebut merupakan respon yang bersifat emosional dan mengakui manusia lemah dan tidak berdaya di hadapan Tuhan Yang Maha Esa serta menjauhkan masyarakat dari hal-hal yang mengacu kepada kesyirikan. Dan meluruskan hal tersebut dilakukan semata-mata hanya ucapan rasa syukur kepada Allah S. W. T  
 


4

Pengalaman penjualan kaos FIS SMART

Posted by Agustina Ismiyati on 01.26

Tugas kewirausahaan
Penjualan Kaos FIS SMART
Awalnya saya menjual kaos yang berlogo FIS SMART karena ingin berlatih berwirausaha, belajar berani untuk berjualan secara kecil-kecilan. Di samping belajar berwirausaha saya juga mendapat tugas kuliah kewirausaha dari dosen Bapak Mustofa, Beliau telah memberikan motivasi untuk kami selain nantinya kami menjadi seorang pengajar/ guru, kami juga di ajarkan untuk menjadi pengusaha melalui berwirausaha, walaupun kelihatannya berwirausa itu dilihat sangat mudah tapi kalau kita tidak menjalankanya tidak sepenuh hati kita akan cepat putus asa menjadikan usaha yang nantinya kita tekuni tidak akan berjalan dengan lancar.
Alsanya mengapa saya mau menjual kaos FIS SMART karena apabila saya berhasil melatih keberanian untuk menawarkan kepada orang lain dengan menjual kaos tersebut maka, untuk nantinya saya akan berani berwirausaha lebih besar. Walaupun saya hanya berani menjual satu kaos saja tetapi dengan bisa menjual kaos tersebut saya bisa membuktikan bahwa menawarkan barang kepada orang lain tidak semudah yang kita bayangan, harus dibutuhkan keberanian serta percaya diri yang tinggi agar barang kita jual nantinya dapat di beli oleh orang lain, disamping itu kita tidak boleh putus asa, karena apbila kita cepat menyerah akan menjadikan kita tidak punya semangat untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Walaupun kaos yang saya tawarkan kepada orang lain tidak seperti kaos pada umumnya yang dapat dipakai oleh semua orang tetapi hal itu yang membuat berbeda sehingga menjadikan kebanggan tersendiri karena bisa menjual kaos tersebut yang berlambang Unniversitas Negeri Semarang.

Proses Penjualan
Pada awalnya menjual kaos tersebut secara kelompok mencoba menjual bersama teman-teman yang lain, tetapi kami merasa kurang efektif,menghindari hal-hal yang nantinya akan menjadi sustu kecemburuan sosial apabila kita menjual secara berkelompok dan yang terjual hanya satu atau dua yang lainnya tidak terjual maka akan akan menimbulkan kecemburuan sosial antara satu dengan yang lain, dan akhirnya kita memutuskan untuk m enjualnya secara individu untuk menghiondari hal-hal yang tidak diinginkan.
Awalnya saya  mencoba menawarkan kepada teman-teman yang masih satu lingkup fakultas ilmu sosial, tetapi ternyata tidak  mau dengan alasan  karena “katanya teman saya kaos tersebut harganya terlalu Mahal” Walaupun begitu saya tidak putus asa, saya mencoba menawarkan kepada orang lain yaitu dosen jurusan sosiologi dan antropologi, tetapi ternyata sebagian ada yang tidak mau karena berbagai alasan dan ada juga sebagian yang sudah membeli dari orang lain katannya saya terlambat menawarkan kepada beliau, walaupun begitu saya mencoba lagi menawarkannya kepada beberapa dosen sejarah tetapi tetap saja ada yang tidak mau karena harganya mahal. Saya juga menawarkan kaos tersebut di luar lingkup universitas contohnya di unuversitas lain seperti IAIN walisongo tetapi mereka juga tidak mau karena mereka bilang selain mahal juga bukan berlabel universitasnnya sendiri. Sempat berhenti karena sedikit putus asa menjual kaos tersebut untuk beberapa hari karena saya berfikir kaos tersebut tidak akan laku terjual. Setelah sejenah sya berfikir seperti itu saya sempat meminta pendapat teman-teman, saya harus bagaimana. Setelah mendengarkan pendapat dari teman saya untuk semangat menjual kaos tersebut akhirnya saya semngat lagi untuk menjual kaos tersebut. Karena satu kaos tersebut disamping melatih bagaimana saya berwirausaha juga untuk memenuhi tugas mid kewirausahaan.
Bagaimana akhirnya kaos itu bisa terjual, pada hari selasa setelah selesai kuliah pergi ke universitas diponegoro atau UNDIP untuk bertemu dengan teman saya untuk sebuah keperluan, awalnya saya tidak berniat untuk menawarkan kaos tersebut kepada teman saya, tetapi karena kebetulan saya membawa kaos tersebut saya mencoba menawarkan kepada teman saya, mula-mula dia tidak mau tetapi dengan saya mengatakan jika saya bisa menjual satu kaos ini maka saya akan mendapatkan nilai mid semester tugas kewirausahaan di samping itu saya juga mengatakan apabila kamu membeli kaos ini kamu akan mendapatkan kaos belambangkan UNNES karena tidak semua orang menjual kaos seperti ini,dan saya meyakinkan dan membujuk teman saya dengan berbagai cara agar mau membeli kaos tersebut, walaupun secara berkelit-kelit dan proses tawar-menarpun lama akhirnya teman saya mau membeli dengan harga Rp. 47.500,-  “Alhamdulillah kaosnya tejual juga” Walaupun proses yang saya lalui sangat panjang tetapi apa yang saya lakukan selama ini tidak sia-sia karena selain mendapatkan hasil yang nantinya akan di jadikan sebagai nilai mid semester juga saya mendapatkan pengalaman. Saya bersyukur kaos yang telah telah diberikan saya sebagai salah satu uji coba untuk berwirausaha juga sebagai penugasan, akhirnya dapat terjual oleh orang yang selama ini yang tidak pernah saya pikirkan yaitu teman dari universitas lain, setelah selesai tugas itu hari berikutnya saya dapat melanjutkan tugas yang lainnya yaitu mengerjakan laporan hasil proses penjualan yang selama ini sudah saya lakukan dalam menjual kaos FIS SMART Universitas Negeri Semarang
.
Hambatan Dalam Penjualan
Hambatan yang saya alami dalam menjual kaos bahwa meyakinkan orang lain untuk membeli barang yang kita tawarkan itu tidaklah mudah banyak sekali orang yang mengatakan kaosnya kurang bagus, harganya mahal dan lainnya, walaupun begitu saya juga sempat berputus asa untuk menjual kaos tersebut. Awalnya saya semangat dan optimis akan langsung terjual oleh dosen jurusan sendiri tenyata itu awal yang panjang yang saya akan lalui memulai penjualan kaos. Banyaknya hambatan yang saya lalui ternyata tidak jauh berbeda dengan teman-teman saya yaitu sama-sama sulit menawarkan kaos kepada dengan orang lain.
Kalau hambatan dari diri saya sendiri saya sempat malu menawarkan kaos tersebut kepada dosen, teman dan orang yang berada dilingkup fakultas, karena hal tersebut yang menjadikan diri saya mender, tetapi karena semangat yang dipengaruhi oleh hal-hal tersebut say juga sempat menawarkan kepada orang lain yang berada diluar lingkup Universitas yang  awalnya tidak mau membeli karena kepercayaan diri saya ketika saya menawarkan barang kepada orang lain yang tidak satu lingkup unniversitas yang intensitas bertemunya lebih sedikit.
Karena saya sempat berputus asa untuk menawarkan kaos FIS SMART tersebut padahal kaos yang di jadikan sebagai tugas Mid semester tersebut tidak banyak hanya satu buah ,tetapi tidaklah mudah menawarkan barang yang apabila dari kita sendiri tidak ada rasa percaya diri.
Tetapi dengan mendengar saran-saran dari teman-teman dan semangat saya untuk memperoleh hasil yang maksimal akhirnya saya mencoba dan mencoba lagi untuk mendapatkan hasil yang  lebih baik.
Saya percaya apabila kita mau berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan niat yang baik dan bersungguh-sungguh maka hasilnya pun akan lebih baik, disamping itu segala sesuatu yang kita lakukan apabila sesuai dengan prosedur yang ada tidak hanya teman maka orang lain yang tidak mengenal kita akan menghargai dengan usaha kita yang maksimal.
Disamping kita mendapat mendapat nilai yang memuaskan dari dosen kita juga mendapat banyak sekali pengalaman dari berwirausaha yang selama ini kita jalankan, selanjutnya bagaimana kedepanya kita mau meneruskan berwirausaha untuk menopang hidup kita menjadi lebih baik selain kita menjadi seorang pengajar atau guru.
Itu tadi sedikit cerita pengalaman dari proses menjual kaos FIS SMART sampai dengan  bagaimana kaos tersebut bisa  terjual oleh orang yang bukan satu lingkup Universitas, serta  pengalaman ditolak dari mulai di bilang kaos terrsebut harganya mahal, kaosnya kurang bagus dan lain-lain dan juga mencoba menawarkan kepada dosen, teman satu lingkup FIS sampai akhirnya terjual oleh teman yang berbeda Universitas. Walaupun begitu saya tetap berusaha menjual kaos tersebut dengan sikap yang ramah.
Itulah bagaimana akhirnya saya bisa menjual kaos FIS SMART dari tugas Mid semester kewirausaan serta belajar berjualan secara kecil-kecilan.

Copyright © 2009 MENTARI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.